Belajar Dari Pembunuh Ade Sara

Postingan ini bisa ada akibat diskusi “yang tiba-tiba” serius dengan Nona Kutu di sebuah store Burger King yang begitu ramai di hari sabtu malam, tepat sebelum nonton film ‘Her’ yang sedikit aneh.

Entah kenapa selepas makan BBQ Beefacon, obrolan Kutu dan Nona Kutu nyambung ke kasus Ade Sara, remaja yang dibunuh oleh mantan pacarnya sendiri. Kami berkesimpulan kalau tidaklah pas kalau kita membenci si pelaku, tapi kita justru seharusnya kasihan dan belajar dari kejadian ini. Lho koq?

Mungkin banyak yang heran, karena setiap kasus pembunuhan sufah sepantasnya si pelaku mendapatkan kebencian yang teramat sangat dari pihak korban. Tapi bila kita ingin berpikir lebih luas, hal tersebut tidak akan mengembalikan nyawa si korban kembali kan? Apalagi kasus Ade Sara ini bida dibilang sedikit spesial, karena motif dan usia pelakunya yang masih muda.

Setiap orang pasti akan merasa begitu ‘down’ ketika dikecewakan oleh orang lain. Entah itu karena nilai di sekolah yang buruk, atau baru saja dimarahi orang tua karena bandel di rumah, dan termasuk juga kekecewaan ketika putus cinta.
Setiap orang punya tendensi untuk menyalurkan kekecewaan itu lewat hal-hal yang buruk (bener kan? Hayo ngaku …), tinggal bagaimana orang yang sedang kecewa itu menahan diri untuk melakukan hal yang buruk tersebut. Celakanya, untuk si pembunuh Ade Sara, ia gagal untuk menahan keinginan tersebut.

Mengapa ia bisa gagal? Faktor utamanya mungkon adalah usianya yang masih begitu muda. Bukannya Kutu membenarkan pembunuhan bila dilakukan oleh orang yang berusia muda, tapi di usia begitu ia seharusnya masih mendapat arahan dan bimbingan dari orang tuanya. Nah, kemungkinan sih, (menurut sotoynya Kutu) itu yang gak didapat oleh si pembunuh Ade Sara, hingga akhirnya ia melakukan itu.

Padahal kalau dilihat, keluarga si pembunuh itu terhitung keluarga yang mampu dan berpendidikan. Tapi sekali lagi, itu bukan jaminan klo komunikasi di keluarga itu bisa berjalan baik, dan si anak mendapat bimbingan yang tepat.

Sangat disayangkan bila seorang anak mendapat pengaruh yang buruk dari lingkungan dan keluarga, apalagi juga merugikan orang lain seperti kasus yang sedang kita bicarakan. So, mungkin kita bisa berhenti membenci si pembunuh dan mulai memperbaiki keluarga kita agar tidak terjadi kejadian yang sama. Itulah yang bisa kita pelajari dari kejadian ini, mungkin.

3 responses to “Belajar Dari Pembunuh Ade Sara

  1. Setuju banget dengan apa yg kamu tulis (walupun banyak typonya 😉 ) .. jangan membenci pelaku dgn gampangnya, cobalah jadi reflectif dari kejadian tersebut

  2. semua itu tinggal bagaimana kita menyikapi kejdian tersebut

  3. ade sara siapa sih? hahahahaa

Tinggalkan komentar